Endang dan Agustinasari, Dua Dosen STKIP TSB yang Fokus Meneliti HOTS, Ternyata ini yang Menarik

Iklan

.

Endang dan Agustinasari, Dua Dosen STKIP TSB yang Fokus Meneliti HOTS, Ternyata ini yang Menarik

Tuesday, December 24, 2019
Endang Susilawati dan Agustinasari Bersama Pimpinan STKIP Taman Siswa Bima.

Bima, Kiprah.Berita11.com— Mengajar, meneliti dan mengabdi, ibarat tiga "kamar" yang harus diisi dan merupakan habit komunitas akademisi. Beragam cara pandang, teknik mengatasi masalah, hingga pemberi rambu arah untuk peradaban, juga menjadi tugas dari dosen atau peneliti.

Hal itu juga menjadi disadari  pasangan peneliti dari STKIP Tamsis Bima, Endang Susilawati M.Pd. dan Agustinasari M.Pd.Si. Duet keduanya sejak 2016, lebih fokus pada penelitian upaya meningkatkan keterampilan berpikir kritis (Higher Order Thinking Skill/ HOTS). Yaitu penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif mengembangkan penyelidikan berbasis potensi lokal.

Potensi lokal dikaji dari aspek fisika, lalu dikembangkan dalam kegiatan penyelidikan. Keduanya memulai kemitraan kerja saat kontestasi hibah internal STKIP Tamsis Bima pada tahun 2016.

Kenyamanan kerja sama mengantarkan keduanya juga lolos hibah Penelitian Dosen Pemula (PDP) pada tahun 2017 dan 2018. Mengulang prestasi pada tahun itu, 2019-2020 keduanya lolos dalam hibah Penelitian Kerjasama Perguruan Tinggi (PKPT) bermitra dengan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

“Dari hasil riset yang kami lakukan, sejauh ini dapat disimpulkan keterampilan berpikir kritis siswa masih belum optimal. Ada beberapa indikator yang masih rendah,” terang Endang Susilawati di ruang dosen STKIP Taman Siswa Bima, Senin (23/12/2019).

Dikatakannya, pada masa mendatang, dirinya dan tim akan mengembangkan media dan bahan ajar yang berbasis potensi lokal. Potensi itu akan dikaji dari aspek fisika sehingga keterampilan berpikir kritis siswa meningkat.

“Rencana kami ke depannya akan lebih mengkaji potensi lokasi pada aspek fisika. Pendekatan itu yang kami lalukan untuk meningkatkan keterampilan berpikir siswa sekolah menengah atas,” katanya.

Sementara, Agustinasari, yang ditemui terpisah menjelaskan gambaran keterampilan berpikir kritis calon guru maupun siswa masuk kategori kurang. Untuk itu, pihaknya mengembangkan perangkat pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis.

“Sekarang sedang coba mengembangkan perangkat pembelajaran yang dapat mendukung peningkatan keterampilan berpikir kritis. Yang kami kembangkan berupa RPP,  soal,  LKPD, modul,  dan lembar observasi. Untuk perangkat pembelajaran sendiri, sudah melewati tahap uji coba skala kecil di SMA N 1 Woha,” urai Agustinasari.

Disinggung penelitian tahun berikutnya, dosen Pendidikan Fisika itu berencana mengembangkan perangkat pembelajaran pada skala yang lebih besar.

“Perangkat pembelajaran dikembangkan rencananya akan diujicobakan pada skala besar di beberapa sekolah dengan memilih sekolah yang memiliki karakteristik berbeda. Baik dari segi wilayah,  kemampuan siswa,  maupun fasilitas,” katanya.

“Tujuanya, untuk memperoleh gambaran yang lebih tentang keterampilan berpikir kritis siswa di Kabupaten Bima,” tutupnya.

Adapun riwayat penelitian Endang Susilawati M.Pd dan Agustinasari M.Pd.Si meliputi Analisis Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Pendidikan Fisika Tahun Ajaran 2015/2016, hibah internal kampus di 2016; Implementasi Model Project Based Learning Berbasis Potensi Lokal untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Disposisi Mahasiswa Pendidikan Fisika.

Hibah PDP 2017; Pemanfaatan Potensi Lokal dalam Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA. Hibah PDP 2018; Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Mahasiswa, hibah PKPT 2019-2020. [RD]