Abdul Muis. Alumnus STKIP Taman Siswa Bima yang Berhasil Mengembangkan Usaha MADU MUIS. |
“Kegagalan
tak selamanya bermakna suram. Namun ada titik yang cerah di balik itu”. Kalimat tersebut mungkin tepat menggambarkan
sosok Abdul Muis, alumnus S1 Pendidikan Bahasa Inggris tahun 2018 Sekolah
Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Taman Siswa Bima.
Kendati gagal
pada proses seleksi beasiswa tujuan Malaysia, program Gubernur NTB, pria
kelahiran Daha, 5 September 1996 silam ini tak patah arang dan tetap optimistis
menatap masa depan. Ia kini bahkan terbilang sukses mengembangkan bisnis madu
murni yang ia namai produknya MADU MUIS (Murni Sumbawa).
MADU MUIS
yang ia kemas telah berkembang dan merambah pasar internasional hingga Hongkong
dan Mekkah Arab Saudi.
“Nama Muis diambil
dari daerah asal produksi madu yaitu dari Kepulauan Sumbawa Kabupaten Dompu
NTB. Reseller yang menjualkan madu saya sangat jago sekali, bahkan Madu Muis
hingga ke negara Hongkong dan Mekkah,” katanya.
Awal Menyukai Dunia Usaha
Muis sadar
konsekuensi ia berasal dari keluarga sederhana. Maka sejak kecil ia sudah senang
berjualan. Bahkan saat duduk di bangku SD ia sudah berjualan es loli kelilingg,
termasuk ia tawarkan kepada teman-temannya.
“Pekerjaan
yang seperti itu yang saya lakukan karena dasar hobi dan sering kali saya tidak
kekurangan uang belanja karena senang kepada jualan,” katanya.
Saat beranjak
usia remaja, Muis tak malu jika remaja seusianya yang umumnya masih manja pada
kedua orang tua. Namun ia sering membantu orang tuanya. “Saya senang ikut mama
berjualan madu kepada orang-orang kaya di pertokoan besar yang ada di Bima. Kami
memasok banyak madu atas permintaan langganan kami tersebut. Bahkan paling
sedikit diminta sama pelanggan 100 botol sekali ambil, banyak,” kenangnya.
Pada saat
memasuki masa kuliah di STKIP Taman Siwa Bima, Muis juga kuliah masih berjualan.
Sesekali ia menawarkan barang jualannya kepada dosen dan sejumlah teman kuliahnya.
“Di samping
itu, juga membantu perekonomian keluarga. Maklum saya terlahir dari keluarga
sederhana, ayah saya seorang petani dan pencari madu lebah hutan dan ibu
sebagai pengurus rumah tangga,” ungkapnya.
Diceritakannya,
setelah menamatkan kuliah, ia memutuskan pergi merantau ke Jakarta. Niatnya mendalami
ilmu bisnis. Itu berjalan beberapa bulan saja. “Alhamdulillah saya bertemu
dengan pakar pembisnis besar di Kota Bogor, namanya Pak Ganjar Wijaya dan juga
sekaligus bos tempat saya kerja dan belajar banyak hal di situ,” katanya.
Setelah berkelana
mencari ilmu usaha, Muis memulai mengembangkan bisnis dari produk berpotensi
dari daerah. Mulai dari kemasan produk hingga membuat label madu sendiri. Ia menamai
produk lokal itu dengan namanya sendiri. Menjual madu di seluruh wilayah
Indonesia secara online. Barang dipacking sendiri dan diantarkan ke jasa
pengiriman seperti Posindo, JNE, J&T, Wahana dan jasa pengiriman lainnya.
“Rasa bangga
dan haru yang rasakan, di samping itu juga senang dengan bisnis homestay bisa
go internasional dan saat itu bisnis saya sedang maju tiba-tiba ada panggilan kampus
untuk ikut tes lanjut S2 di Malaysia. Saya pikir apa salahnya mencoba. Akhirnya
saya memutuskan untuk kembali pulang pada bulan Maret 2019. Saya ikut tes
seleksi beasiswa di kantor Gubernur NTB,” ujarnya.
Muis
dinyatakan tidak lolos seleksi beasiswa tersebut. Namun hasil itu tidak membuatnya
patah semangat. Ia berusaha mencari informasi lain untuk terus berkembang maju
dan berkarya.
“Alhamdulillah
saat ini saya berprofesi sebagai guru di salah satu sekolah swasta, namun elit.
Sekolah Islam Terpadu Imam Bukhori Dompu. Di situ saya ikut tes guru yang
diadakan oleh sekolah. Alhamdulillah saya dinyatakan lulus seleksi guru,”
ungkapnya.
Di sela
rutinitasnya di Sekolah Islam Terpadu tersebut,
bisnis madu terus ia kembangkan hingga saat ini. “Alhamdulillah sangat
membatu sekali. Teman-teman guru juga ikut senang dan memesan produk yang saya
jual tersebut dan masih saya pasarkan secara online hingga saat ini,”
pungkasnya. [R]