Presiden Jokowi saat Menggelar Ratas Bersama Jajaran Membahas Penyesuaian Harga Gas untuk Industri dan BBM Bersubsidi, Rabu (18/3/2020). |
Jakarta, Berita11.com— Presiden Joko
Widodo menggelar rapat terbatas bersama jajarannya untuk membahas soal
penyesuaian harga gas untuk industri dan bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi.
Melalui rapat yang digelar dengan
telekonferensi tersebut, Presiden mengingatkan jajarannya untuk menghitung tiga
opsi yang dibicarakan dalam ratas sebelumnya pada 6 Januari 2020 lalu.
“Opsi yang pertama mengurangi atau
bahkan menghilangkan jatah pemerintah. Opsi kedua pemberlakuan domestic market
obligation (DMO). Opsi ketiga bebas impor gas untuk industri. Saya minta ratas
hari ini saya bisa diberikan hitung-hitungan, kalkulasinya seperti apa,” kata
Presiden di Istana Merdeka, Jakarta, pada Rabu (18/3/2020).
Dalam kesempatan tersebut, Presiden
juga mengingatkan agar industri yang diberikan insentif penurunan harga gas
harus betul-betul diverifikasi dan dievaluasi. Dengan demikian, pemberian
insentif penurunan gas akan memberikan dampak yang signifikan dan memberikan
nilai tambah bagi perekonomian Indonesia.
Menurut Kepala Negara, industri yang
diberi insentif harus mampu meningkatkan kapasitas produksinya dan meningkatkan
investasi barunya. Mereka juga harus mampu meningkatkan efisiensi proses
produksinya sehingga produknya menjadi lebih kompetitif, serta harus bisa
meningkatkan penyerapan tenaga kerja.
"Untuk itu saya minta evaluasi
dan monitoring secara berkala harus dilakukan terhadap industri-industri yang
diberikan insentif. Harus ada disinsentif, harus ada punishment, jika industri
tidak memiliki performance sesuai yang kita inginkan," jelasnya.
Sementara itu, terkait dengan harga
BBM, Presiden meminta jajarannya menghitung dampak dari penurunan harga minyak
dunia yang jatuh ke level kurang lebih US$30 per barel.
"Saya minta dihitung dampak
dari penurunan ini pada perekonomian kita, terutama BBM, baik BBM bersubsidi
maupun BBM nonsubsidi. Juga dihitung berapa lama kira-kira penurunan ini akan
terjadi. Kemudian perkiraan harga ke depan," ujarnya.
"Kita harus merespons dengan
kebijakan yang tepat, dan kita juga harus bisa memanfaatkan momentum dan
peluang dari penurunan minyak ini untuk perekonomian negara kita,"
tandasnya. [B-24/*]