Wartawan Pelopor Krimsus, Arif Rahman. Foto Ist. |
Tak ada jalan pintas menuju Roma. Karena
untuk meraih kesuksesan tak sedikit membutuhkan pengorbanan dan kerja keras. Bahkan
harus melawan hari-hari getir. Hal itu setidaknya menggambarkan tekad Arif
Rahman, mantan loper koran Bima Ekspres yang kini beralih profesi menjadi kuli
tinta atau wartawan.
Profesi terbuka sebagai wartawan
adalah hal yang kebetulan menarik perhatiannya saat melakoni pekerjaan sebagai
loper.
“Dulu masih ingat waktu jadi
loper koran, saat masih kuliah. Subuh-subuh saya sudah bangun membagikan koran
sebelum orang azan subuh. Bahkan dulu, bos kaget saat lihat saya masih di
kantor pada pukul 6 pagi. Terus ditanya,
benaran sudah bagikan koran? Saya bilang sudah. Waktu itu saya membagi waktu
antara kuliah dengan kerja sebagai loper,” ujar Arif mengenang saat menjadi
loper koran.
Membaca berita di koran yang dibagikan
dan melihat cara kerja awak redaksi membuat dirinya kepincut mencoba profesi
terbuka tersebut. selama dua tahun lebih ia menjadi loper koran, selama itu
pula semangatnya untuk menjadi wartawan kian membara.
“Awal awalnya saya coba ajukan lamaran
secara lisan di media. Tapi setelah itu saya menemukan tempat yang cocok di
Pelopor Krimsus,” ujar alumnus S1 Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP Bima.
Sikap terbuka dan tutur katanya yang
sopan membuatnya mudah diterima dalam komunitas wartawan. Apalagi selama duduk
di bangku kuliah pemuda Desa Runggu Kecamatan Belo Kabupaten Bima kelahiran 4
Februari 1993 ini aktif berorganisasi. Salah satu organisasi tempat ia
bergabung DPM STKIP Bima. Selain itu, Arif tercatat sebagai Ketua Bidang HMPS Ekonomi.
“Dulu selesai masa kuliah saya pernah
coba cari kerja di luar daerah di Sulawesi. Kerja sebagai sales sepeda motor. Setelah
dijalani, malah tidak cocok. Saya ternyata lebih cocok jadi wartawan setelah
pulang ke Bima bekerja sebagai wartawan,” ujar pemuda yang sedang menyusun
rencana untuk menikah ini.
Baginya, tak ada jalan pintas untuk
meraih kesuksesan. Semuanya harus dijalani secara alami. Prinsip baginya, bahwa
wartawan tak sekadar sebagai profesi. Apalagi hanya dimanfaatkan untuk mencari
kesalahan orang lain atau mencari keuntungan dari permasalahan yang dihadapi
orang lain. Lebih dari itu, profesi wartawan menurutnya, adalah ladang amal,
karena wartawan bekerja untuk nilai-nilai kebenaran yang dianut oleh orang
banyak.
“Wartawan juga adalah jalan untuk mengumpumpulkan
pahala. Kita membantu orang lain melalui pemberintaan. Misalnya menjadi
jembatan untuk orang-orang susah dengan menyampaikan informasi kepada pengambil
kebijakan atau para pejabat. Misalnya warga miskin butuh uluran untuk
pengobatan dan masalah-masalah lain. Kalaupun ada sorotan dari media atau
wartawan, itu niatnya untuk hal positif demi perbaikan sebuah masalah,” ujar
pria yang juga bertanggungjawab terhadap biaya kuliah adiknya ini. [AD]