Mahasiswi PTI STKIP Taman Siswa Bima, Fitri Marwahdiyanti. Menunjukan Medali Emas yang Diraihnya saat Mengikuti Kejurnas. Foto Ist. |
Wanita biasanya
identik dengan sifat lemah lembut, manja, mandiri, sabar, penyayang dan pemalu.
Tak banyak yang bergelut dengan aktivitas berat. Namun perspektif yang melekat itu
bisa dipatahkan Fitri Marwahdiyanti, mahasiswi semester V Program Studi
Teknologi Informasi STKIP Taman Siswa Bima.
Di luar
fitrahnya yang memiliki sifat lembut, tak menghalangi wanita kelahiran Sukoharjo,
23 Juni 1998 silam ini untuk berprestasi pada bidang olahraga. Sejak duduk di
bangku kelas VII SMP, alumnus SMAN 1
Woha ini sudah menekuni olahraga dari negeri gingseng Korea, Taekwondo.
Yeop jireugi,
chi jireugi, dolryeo jireugi, pyojeok jireugi, momtong jireugi, are jireugi dan
setumpuk pukulan, sabetan, tusukan, tendangan dan tangkisan serta berbagai
teknik Taekwondo tak perlu ditanyakan lagi pada mahasisiwi ini. Beberapa kejuaraan
taekwondo pernah diikutinya dan meraih prestasi bergengsi.
Beberapa kejuaraan
dan prestasi yang diraihnya mulai dari kategori kyorugi dan poomse yaitu Kyorugi
Junior Putri Under 40 Kg, Kejurda di Mataram tahun 2012, Juara 3 Poomsae Junior
Individual Putri, Kejurda Sumbawa tahun 2013, Poomsae Junior Beregu Putri, Pekan
Olahraga Provinsi NTB di Mataram tahun 2014, Poomsae Junior Individual Putri, Kejuaraan
Provinsi di Mataram tahun 2015.
Diceritakannya,
awal mula tertarik olahraga bela diri, didasari rasa penasaran saat duduk di
bangku kelas VII SMP pada tahun 2012 lalu. “Saya mencoba mendaftar olahraga taekwondo
yang kebetulan olahraga tersebut merupakan kegiatan ekstrakulikuler di sekolah saya,”
katanya.
Setelah cukup
lama berlatih, Fitri kemudian dipilih mengikuti seleksi untuk beberapa Kejurda dan
provinsi untuk mewakili Kabupaten Bima. “Alhamdulillah saya berhasil lolos dan menorehkan beberapa prestasi di
cabang olahraga taekwondo,” katanya.
Sebelum kejuaraan
tahun 2015, pada akhir tahun 2014, wanita cantik ini sempat fakum cukup lama karena sakit
yang dideritanya. “Saya merasa tidak
enak hati jika harus kembali bergabung dengan atlet-atlet di Kabupaten (Bima). Tapi
karena rindu latihan, saya putuskan
untuk mendaftar kembali olahraga taekwondo di Kota Bima, yang pada akhirnya
saya mengikuti satu kali kejuaraan pada tahun 2015 untuk mewakili Kota Bima,”
katanya.
Pada perjalanannya
mencari jati diri menggeluti dunia beladiri, Fitri bertemu pelatih taekwondo
Kota Bima, Sabeum Awan Darmawan yang menawarkan dirinya mengikuti latihan
beladiri baru yang sedang digeluti pria tersebut, yaitu olahraga hapkido, yang
sama-sama berasal dari negeri gingseng.
“Terdengar
begitu asing, tetapi saya penasaran. Pelatih saya menjelaskan bahwa bela diri
Hapkido merupakan seni bela diri asal Korea yang bergerak berdasarkan prinsip
lingkaran dengan memanfaatkan tenaga lawan,” katanya.
Bermodal pengalaman
saat menempa teknik taekwondo, Fitri dengan cepat menguasai teknik hapkiodo. Terbukti ia diutus mengikuti
Kejurnas.
“Pelatih saya
menambahkan bahwa, jika kita sudah
memiliki basic awal dari taekwondo, akan sangat mudah untuk menyesuaikan.Kkarena
berasal dari negara yang sama sehingga bisa lebih mudah memahami dalam bentuk
bahasa,” katanya.
Setelah berlatih
selama satu tahun lebih dan mengikuti berbagai kejuaraan tingkat nasional. Fitri
memahami potensi dan manfaat olahraga bela diri yang digelutinya.
“Setelah
berlatih selama satu tahun lebih, saya mengikuti kejuaraan tingkat nasional. Saya
berfikir bahwa peluang di beladiri ini sangat besar bagi saya untuk
berprestasi. Walaupun beladiri ini masih sangat baru yang secara resmi berdiri
di Indonesia pada tahun 2014,” katanya.
Tantangan Berlatih Hapkido
Untuk meraih level seperti sekarang, adalah jalan yang tidak mudah bagi Fitri. Beberapa rintangan pernah ia hadapi, seperti kedua orang tuanya yang tidak mendukungnya karena masalah biaya. Hal itu berhubung Hapkido belum resmi masuk KONI, sehingga segala biaya akomodasi untuk mengikuti kejuaraan masih swadaya dan ditanggung masing-masing atlet, baik pendaftaran, transportasi, penginapan, dan segala biaya lainnya.
“Karena tekad
yang kuat, saya mencoba menjelaskan kepada kedua orang tua saya dan mereka
akhirnya mengerti. Berkat dukungan dan doa restu mereka pun, alhamdulillah saya
bisa berhasil menambah prestasi selama tiga tahun menggeluti beladiri hapkido,”
katanya.
Beberapa koleksi
prestasi yang diraih Fitri yaitu Juara 3 Hyung Senior Beginner Woman- Kejuaraan
Nasional 1 di Yogyakarta tahun 2016, Hyung Senior Beginner Woman, Kejurnas 2 di
Yogyakarta tahun 2017, Juara 1 Hyung Senior Beginner Woman, Kejuaraan Nasional
3 di Jakarta tahun 2018, Juara 2 Hosinsul Senior Beginner Free Competition (berpasangan).
“Saat ini
saya sedang menyiapkan diri untuk mengikuti Kejuaraan Nasional 4 di Semarang
pada Oktober, sekaligus kejuaraan ini sebagai seleksi untuk ASIAN Hapkido
Championship 2019 di Hongkong pada Desember mendatang,” katanya.
Wlaupun sudah
fokus pada bela diri Hapkido, Fitri tidak pernah lupa dengan olahraga yang
sudah membesarkan namanya. Ia juga tetap berlatih olahraga Taekwondo.
“Keduanya
membuat saya justru lebih semangat, karena bela diri adalah sunnah Rasulullah
SAW. Saya merasa butuh sekali. Awalnya saya sering mengalami kesulitan dalam
membagi waktu latihan, TC, kuliah bahkan untuk mengerjakan tugas, saya terus
belajar membagi waktu. Contohnya ketika harus latihan dan TC setiap hari sampai
malam, tugas terpaksa saya harus kerjakan di kampus selagi saya bisa dan ada
waktu luang,” katanya.
Fitri
memiliki harapan ke depan pada olahraga tersebut. ia ingin terus berkarya dengan menjadi
atlet, pelatih maupun wasit yang berprestasi.
“Saya ingin mengembangkan hapkido
khususnya di NTB. Selain itu, bela diri di bidang ini juga bisa saya jadikan sebagai
lapangan pekerjaan, karena memang benar adanya bahwa pekerjaan yang
menyenangkan itu adalah hobi yang dijual,” pungkasnya. [RD]