Foto Bersama Peserta Diskusi Terfokus Masa Depan Sekolah Dasar yang Digelar PGSD STKIP Taman Siswa Bima dan Tim Inovasi NTB, di Kampus STKIP TSB, Kamis (19/12/2019) lalu. |
Bima, Kiprah.Berita11.com— Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP)
Taman Siswa Bima adalah satu-satunya kampus di Bima yang memiliki program studi
(Prodi) Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Pada era luberan informasi dan
industri 4.0, dunia pendidikan di daerah menghadapi sejumlah tantangan,
termasuk dalam memertahankan kualitas.
Hal tersebut menjadi atensi PGSD
STKIP TSB dan Tim Inovasi NTB dengan mengelar diskusi terfokus (Focus Group
Discussion/FGD) di kampus setempat, Kamis (19/12/2019) lalu.
FGD yang membahas masa depan sekolah dasar ini, juga menghadirkan Tim
Inovasi NTB, forum doktor, akademisi, Dewan Pendidikan Kabupaten Bima, Komisi D
DPRD Kabupaten Bima, pegiat literasi, kepala sekolah, dan guru berprestasi.
FGD didesain dalam dua sesi, di mana sesi pertama pemaparan dari sejumlah
narasumber kunci, mulai dari Dr Ibnu Khaldun Sudirman M.Si, Aminullah dari Tim
Inovasi NTB, Ketua Komisi D DPRD Kabupaten Bima, Ilham Yusuf, Dr Salahuddin, Dr
Ruslan, Sulistya M.Pd dari Dewan Pendidikan Kabupaten Bima.
Selain itu, narasumber lainnya Suhardin, M.Pd, Salahuddin Al Ayyubi,
Anisah, M.Pd, Mariamah, M.Pd, Fatmah, M.Pd, Khairul Sani, M.Kom, kepala sekolah,
guru berprestasi, dan Damar Damhuji S.Ag.,M.Pd.,M.A.
Sementara itu, sesi kedua mendiskusikan secara fokus dan mendalam
tentang beberapa tema substantif pendidikan dasar. Yaitu mengenai kurikulum, kebijakan,
SDM guru, dan kemitraan.
Masing-masing grup mengupas tentang permasalahan dan solusi dari
permasalahan pendidikan dasar. Pada akhir diskusi, masing-masing grup
mempresentasikan hasil diskusinya.
Diskusi yang berlangsung dari pagi hingga sore ini berlangsung menarik
dan produktif dengan menghasilkan beberapa poin penting yang sangat bermanfaat
bagi pengembangan pendidikan dasar di Kabupaten Bima dan Kota Bima, serta untuk
kemajuan Prodi PGSD STKIP Taman Siswa Bima mendatang.
Beberapa poin penting hasil diskusi tersebut, berdasarkan hasil observasi yang serius dari
Tim Inovasi selama dua tahun terakhir, bahwa proses pembelajaran di kelas awal
dan lanjut di SD kurang menarik dan monoton.
Metode, media, dan pengelolaan kelas juga masih sangat sederhana dan
belum literat. Perencanaan pembiayaan pendidikan belum tepat mengarah pada
peningkatan mutu dan layanan pendidikan dasar. Secara struktural bahwa
pengelolaan pendidikan belum maksimal dan sistemik, sehingga seringkali terjadi
ketimpangan dalam kebijakan pendidikan.
Perwakilan Dewan Pendidikan Kabupaten Bima, Sulistya, M.Pd menjelaskan, keberadaan
Prodi S1 PGSD STKIP Taman Siswa Bima memiliki peran yang strategis dalam
membantu memajukan pendidikan dasar di Kabupaten Bima.
Dikatakannya, Prodi PGSD dapat mengembangkan kurikulum yang relevan
dengan kebutuhan dan perkembangan zaman. Memiliki laboratorium SD (elementary school) dan merancang konsep
utuh tentang sekolah model atau sekolah binaan bermitra dengan pemerintah.
Dr Salahuddin, M.Pd menjelaskan, untuk meningkatkan kualitas guru harus
ada pelatihan, pembinaan dan workshop khusus terhadap guru muda agar memiliki keterampilan
(skill) dalam mengajar.
Ia juga juga menyoroti kesejahteraan dan gaji guru honorer serta guru
sukarela yang sangat rendah dan tidak manusiawi, berkisar Rp100.000-200.000 per
bulan. Persoalan disparitas penyebaran guru juga sangat tidak proporsional. Guru-guru
PNS lebih banyak di sekolah-sekolah di pusat kecamatan, sementara di pelosok
atau di daerah terpencil hanya ada 1-3 PNS.
Menurut dia, masalah kurikulum SD harus dirumuskan berdasarkan kebutuhan,
kondisi sekolah dan masyarakat, serta berdasarkan perkembangan pendidikan dasar
abad 21 (era 4.0). Oleh karena itu, Prodi PGSD yang menghasilkan calon guru SD bertanggung
jawab melaksanakan kajian atau analisis yang mendalam tentang kurikulum, mulai
dari riset, workshop dan perumusan untuk menghasilkan kurikulum yang
benar-benar relevan sesuai kebutuhan dan perkembangan zaman.
“Bahwa Tamsis melalui Prodi PGSD harus selalu meng-update tentang data
base pendidikan dasar (Dapodik) dan konsen untuk meneliti tentang
persoalan-persoalan pendidikan dasar di Kabupaten Bima dan Kota Bima,” katanya.
Prodi PGSD harus mengembangkan modul, media pembelajaran dan kelas
literat untuk pendidikan SD di Kabupaten Bima dan Kota Bima. Harapannya, ketika
berbicara pendidikan dasar, maka belajarlah di Prodi PGSD Tamsis. Termasuk ketika
hendak mendalami metode, media, dan kemampuan mengajar di SD, maka belajarlah
di Prodi PGSD STKIP Tamsis.
Poin lain yang mengemuka dalam diskusi terfokus tersebut, Prodi PGSD STKIP Tamsis
harus membangun kemitraan dengan pemerintah daerah, terutama dalam hal riset,
survey, evaluasi pendidikan dan peningkatan kualitas guru atau pengembangan
kapasitas guru dalam mengajar melalui pelatihan dan workshop. Paling tidak,
tahun 2020 mendatang, Prodi PGSD STKIP Taman Siswa Bima dan pemerintah daerah
telah menyepakati dan menandatangani kerja sama (Momerandum of Understanding/MoU).
Sementara itu, Ketua STKIP Taman Siswa Bima, Dr Ibnu Khaldun M.Si,
berharap, Prodi PGSD Tamsis yang sudah
terakreditasi B tidak lagi dibiarkan bergerak
sendiri dalam mencetak calon guru yang professional dan berpikir untuk kemajuan
pendidikan dasar di Kabupaten Bima dan Kota Bima. Namun tapi harus ada
kolaborasi dan kerja sama yang baik antara STKIP Taman Siswa Bima dengan pemerintah
daerah.
“Untuk membangun masa depan pendidikan harus ada political will dari pemerintah dan kolaborasi semua unsur
stakeholders pendididikan,” katanya.
Dari hasil FGD tersebut, juga dispekati merangkum semua hasil diskusi
tersebut agar menghasilkan konsep yang utuh dan rekomendasi. Atas dasar itu,
maka harus dibentuk tim Kecil yang fokus bekerja merumuskan secara teratur
semua gagasan dan ide yang berserakan tersebut.
Tim Kecil ini juga yang akan menindaklanjuti atau melakukan rencana
tindak lanjut berkaitan rekomendasi dan program yang akan dilakukan mendatang. [AN]